Minggu, 17 November 2013

Kalimat Majemuk Bertingkat tugas Sintaksi II


Kalimat Majemuk Bertingkat
1.     Pengertian
Kalimat Majemuk bertingkat ialah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat tunggal yang kedudukan antara  unsur-unsurnya (klausa-klausanya) tidak sederajat atau bertingkat.Disebut tidak sederajat,karena salah satu bagian menduduki fungsi lebih tinggi dari bagian lain. Bagian yang lebih tinggi disebut induk kalimat, bagian yang lebih rendah disebut anak kalimat.
Bagian kalimat majemuk bertingkat yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang tidak mengalami pergantian/ perubahan dinamakan induk kalimat, sedang bagian kalimat majemuk bertingkat yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang sudah mengalami penggantian/ peubahan dinamakan anak kalimat.
Contoh:
Kedatangannya disambut oleh rakyat kemarin.
Analisis kalimat tunggal tersebut adalah:
-          kedatangannya = subyek
-          disambut                      = predikat
-          oleh rakyat       = objek pelaku
-          kemarin           = keterangan waktu
Jika kata kemarin diganti menjadi kalimat berikut :

ketika matahari mulai condong ke barat.

Maka ketika kalimat tersebut digabungkan dengan  kalimat sumber akan terbentuklah sebuah kalimat majemuk bertingkat seperti berikut:

Kedatangannya disambut oleh rakyat ketika matahari mulai condong ke barat.

Analisis kalimat tersebut adalah:
Kedatangannya disambut oleh rakyat     =  Induk kalimat (IK)
Ketika matahari mulai condong ke bara  = Anak kalimat    (Aka)



Anak kalimat bisa dikembangkan lagi sehingga nanti disebut cucu kalimat. Hal itu dapat dilakukan dengan mengganti salah satu unsur anak kalimat menjadi sebuah kalimat yang baru.

Contoh: Kedatangannya disambut oleh rakyat ketika matahari condong ke barat.


Dari kalimat tersebut, kata ke barat dapat diganti menjadi kalimat berikut:

Ke tempat langit dan bumi bertemu.

Jika digabungkan dengan kalimat sumber maka keseluruhannya akan menjadi:

Kedatangannya disambut oleh rakyat ketika matahari mulai condong ke tempat langit dan bumi bertemu.

Analisis keseluruhan kalimat tersebut adalah:
Kedatangannya disambut oleh rakyat  = Induk kalimat ( IK)
Ketika matahari mulai condong           = Anak kalimat   (Aka)
Ke tempat langit dan bumi bertemu   = Cucu kalimat


2. Cara membentuk KMB

A.       Penggabungan Dua Kalimat Tunggal dengan Memperhatikan Situasi Kalimat

Transpormasi kalimat adalah proses mengubah bentuk bahasa menjadi bentuk-bentuk lain yang sederhana ke bentuk yang kompleks, maupun sebaliknya. Teknik transpormasi ini bisa digunakan untuk membentuk kalimat majemuk bertingkat dari penggabungan beberapa kalimat tunggal dengan memperhatikan situasi kalimat mana yang diutamakan, dan kata tugas apa yang tepat digunakan untuk menggabungkan kalimat-kalimat tunggal tersebut.
·         Contoh: 1. Kami tidak berangkat
2.   Kami takut kehujanan
Untuk menggabungkan kedua kalimat tersebut diperlukan satu alat bahasa yang sesuai dengan situasi itu untuk merangkaikan kedua gagasan itu. Alat yang sesuai dengan situasi itu adalah kata tugas yang menyatakan sebab yaitu : karena,sebab,sebab itu, dsb. Dari situasi  kedua kalimat tersebut, kata tugas yang cocok adalah kata sebab.
Hasilnya : Kami tidak berangkat, sebab kami takut kehujanan.
Kalimat diatas merupakan kalimat majemuk bertingkat karena ada induk kalimat dan anak kalimat. Analisisnya sebagai berikut:
o   Induk kalimat : Kami tidak berangkat
     S              P
o   Anak Kalimat : Sebab kami takut kehujanan ( keterangan sebab)
    S               P
Klausa yang ada dibelakang kata tugas adalah anak kalimat. Selebihnya adalah induk kalimat.

·         Contoh  lainnya : 1. Ia belajar
                                               2.Saya bermain
Situasi yang timbul dalam menggabungkan kedua kalimat itu bermacam-macam. Sebab itu kata tugas yang dipakai untuk menggabungkan kedua gagasan itu bermacam-macam. Ada situasi yang menyatakan keduanya mempunyai kedudukan yang sederajat, ada situasi yang menyatakan keduanya dipertentangkan dsb. Agar menjadi kalimat majemuk bertingkat yang baik, maka kata tugas yang digunakan harus tepat. Hasilnya adalah sebagai berikut: 1. Ia belajar ketika saya bermain, atau
                                 2. Saya bermain ketika ia belajar

Analisisnya adalah:

·         kalimat 1 =>  Induk kalimat : Ia belajar
                                                      Anak kalimat  : Ketika saya bermain ( keterangan waktu)
·         kalimat 2 =>   Induk kalimat : saya bermain
                       Anak  kalimat  : ketika ia belajar  (keterangan waktu)

Sesuai dengan pengertian kalimat majemuk bertingkat yang telah disebutkan diatas, Chaer (2000) mengatakan bahwa dalam penggabungan dua buah klausa menjadi kalimat majemuk bertingkat dapat menimbulkan berbagai macam makna, diantaranya :

1.      Menyatakan ‘sebab’ (menggunakan kata penghubung sebab atau karena)

Klausa pertama sebagai induk kalimat. Menyatakan suatu peristiwa yang terjadi sebagai akibat dari terjadinya peristiwa pada klausa kedua yang menjadi anak kalimat.Misalnya :
 - Banjir sering melanda kota kami karena saluran-saluran airnya penuh dengan sampah dan kotoran.
-  Karena tidak pandai berenang akhirnya dia hanyut terseret air.
-  Harga jual barang-barang ini terpaksa dinaikkan sebab biaya produksi dan ongkos kerja juga naik.
Anak kalimat dan induk kalimat pada kalimat majemuk bertingkat ini dapat dipertukarkan tempatnya. Kalau anak kalimat mendahului induk kalimat maka di muka induk kalimat dapat pula ditempatkan kata penghubung maka. Misalnya:
-  Karena tidak pandai berenang, maka akhirnya dia hanyut terseret arus.      

2.   Menyatakan ‘akibat ‘ ( menggunakan kata penghubung sampai, hingga,  sehingga)
     
Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan terjadinya sesuatu peristiwa yang mengakibatkan terjadinya peristiwa pada klausa kedua.
      Misalnya : - Tukang copet itu dipukuli orang ramai sampai mukanya babak belur.
-    Dia suka sekali berjudi hingga harta bendanya habis.
-    Penumpang kereta api itu penuh sesak sehingga untuk meletakkan sebelah kaki pun sukar.

3). Menyatakan ‘syarat’ ( menggunakan kata penghubung kalau,jika, asal)

Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan akan terjadinya suatu peristiwa kalau sudah terjadi peristiwa lain yang dinyatakan pada klausa kedua atau anak kalimatnya. Namun, perlu diperhatikan urutan induk kalimat dan anak kalimat dapat dipertukarkan.
Misalnya: - Saya akan hadir kalau saya diundang.
-    Jika mereka bersalah tentu kami akan menindaknya.
-    Gajah bukanlah binatang buas yang suka menyerang asal mereka tidak kita ganggu.

4). Menyatakan ‘tujuan’ (menggunakan kata penghubung agar, supaya, untuk)
     
Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan terjadinya suatu perbuatan yang harus dilakukan agar peristiwa yang disebutkan dalam kalimat klausa kedua atau induk kalimat dapat berlangsung. Di sinipun urutan kedua klausa itu dapat dipertukarkan.
      Misalnya : - Jalan-jalan diperlebar agar lalu lintas menjadi lancar.
-    Kamu harus belajar baik-baik supaya hidupmu kelak menjadi enak.

5). Menyatakan ‘waktu berlangsungnya suatu peristiwa’ (menggunakan kata penghubung ketika,sebelum,sejak)
     
Klausa pertama sebagai induk kalimat terjadinya suatu peristiwa atau perbuatan, sedangkan klausa kedua sebagai anak kalimat menyatakan terjadinya peristiwa induk kalimat. Urutan anak kalimat dan induk kalimat dapat dipertukarkan tempatnya.
      Misalnya : - Monumen Nasional itu dibuat ketika kamu masih kecil.
-    Sesudah kita selesai memperbaiki saluran air ini, kita akan memperbaiki tanggul sungai itu.
-    Dia sudah menyelesaikan tugasnya sebelum bel berbunyi.
-    Sejak ibu meninggal, kami tinggal bersama kakek di desa.

6). Menyatakan ‘kesungguhan’ (menggunakan kata penghubung meskipun,biarpun,sungguhpun).
     
Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan suatu perbuatan atau peristiwa, sedangkan klausa kedua sebagai anak kalimat menyatakan peristiwa atau kondisi yang bertentangan untuk terjadinya peristiwa pada klausa.
      Misalnya: - Dia berangkat juga ke sekolah meskipun hujan turun lebat sekali.
-    Walaupun tidak diizinkan ayah,dia pergi ke hutan itu.
-    Pembangunan gedung itu belum selesai juga sungguhpun telah menelan biaya ratusan juta rupiah.

     

7). Menyatakan ‘ pembatasan’ (menggunakan kata penghubung kecuali, hanya)

Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan suatu perbuatan, dan klausa kedua sebagai anak kalimat menyatakan pembatasan terhadap peristiwa pada anak kalimat.
Misalnya: - Soal itu dapat saya kerjakan dengan baik kecuali nomor 17 tidak sempat saya selesaikan.
-    Semua orang sudah hadir hanya Rosa dan Adi belum Nampak batang hidungnya.
Selain kata hubung kecuali dan hanya, bisa juga menggunakan kata hubung kalau.
Misalnya: - Saya tentu akan datang memenuhi undanganmu kecuali kalau ada halangan yang tidak bisa dihindarkan.

8). Menyatakan ‘ perbandingan’ (menggunakan kata penghubung seperti dan bagai)
    
Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan suatu perbuatan sedangkan klausa kedua sebagai anak kalimat menyatakan perbuatan lain yang serupa dengan perbuatan pada induk kalimat.
Misalnya: - Dengan cepat disambarnya tas nenek tua itu bagai elang menyambar anak ayam.
-    Dia terkejut bukan main seperti mendengar bunyi guruh di siang hari.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar