Kalimat
Majemuk Bertingkat
1. Pengertian
Kalimat Majemuk
bertingkat ialah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat tunggal yang
kedudukan
antara unsur-unsurnya (klausa-klausanya) tidak sederajat atau bertingkat.Disebut
tidak sederajat,karena salah
satu bagian menduduki fungsi lebih tinggi dari bagian lain. Bagian yang lebih
tinggi disebut induk kalimat, bagian yang lebih rendah disebut anak kalimat.
Bagian kalimat
majemuk bertingkat yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang tidak
mengalami pergantian/ perubahan dinamakan induk kalimat, sedang bagian kalimat
majemuk bertingkat yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang sudah
mengalami penggantian/ peubahan dinamakan anak kalimat.
Contoh:
Contoh:
Kedatangannya
disambut oleh rakyat kemarin.
Analisis kalimat tunggal tersebut adalah:
-
kedatangannya = subyek
-
disambut = predikat
-
oleh rakyat = objek pelaku
-
kemarin = keterangan waktu
Jika kata kemarin diganti menjadi kalimat berikut :
ketika matahari mulai condong ke
barat.
Maka ketika kalimat tersebut digabungkan dengan kalimat sumber akan terbentuklah sebuah
kalimat majemuk bertingkat seperti berikut:
Kedatangannya disambut oleh rakyat
ketika matahari mulai condong ke barat.
Analisis kalimat tersebut adalah:
Kedatangannya disambut oleh rakyat =
Induk kalimat (IK)
Ketika matahari mulai condong ke bara = Anak kalimat (Aka)
Anak kalimat bisa dikembangkan lagi sehingga nanti disebut
cucu kalimat. Hal itu dapat dilakukan dengan mengganti salah satu unsur anak
kalimat menjadi sebuah kalimat yang baru.
Contoh: Kedatangannya
disambut oleh rakyat ketika matahari condong ke barat.
Dari kalimat tersebut, kata ke barat dapat diganti menjadi
kalimat berikut:
Ke tempat langit dan bumi bertemu.
Jika digabungkan dengan kalimat sumber maka keseluruhannya
akan menjadi:
Kedatangannya disambut oleh rakyat
ketika matahari mulai condong ke tempat langit dan bumi bertemu.
Analisis keseluruhan kalimat tersebut adalah:
Kedatangannya disambut oleh rakyat = Induk kalimat ( IK)
Ketika matahari mulai condong = Anak kalimat (Aka)
Ke tempat langit dan bumi bertemu = Cucu kalimat
2. Cara membentuk KMB
A.
Penggabungan Dua Kalimat Tunggal dengan Memperhatikan
Situasi Kalimat
Transpormasi kalimat adalah proses mengubah bentuk bahasa
menjadi bentuk-bentuk lain yang sederhana ke bentuk yang kompleks, maupun
sebaliknya. Teknik transpormasi ini bisa digunakan untuk membentuk kalimat
majemuk bertingkat dari penggabungan beberapa kalimat tunggal dengan
memperhatikan situasi kalimat mana yang diutamakan, dan kata tugas apa yang
tepat digunakan untuk menggabungkan kalimat-kalimat tunggal tersebut.
·
Contoh: 1. Kami tidak berangkat
2.
Kami takut kehujanan
Untuk menggabungkan kedua kalimat tersebut diperlukan satu
alat bahasa yang sesuai dengan situasi itu untuk merangkaikan kedua gagasan
itu. Alat yang sesuai dengan situasi itu adalah kata tugas yang menyatakan
sebab yaitu : karena,sebab,sebab itu, dsb. Dari situasi kedua kalimat tersebut, kata tugas yang cocok
adalah kata sebab.
Hasilnya : Kami tidak
berangkat, sebab kami takut kehujanan.
Kalimat diatas merupakan kalimat majemuk bertingkat karena
ada induk kalimat dan anak kalimat. Analisisnya sebagai berikut:
o
Induk kalimat : Kami tidak
berangkat
S P
o
Anak Kalimat : Sebab kami takut
kehujanan ( keterangan sebab)
S P
Klausa yang ada dibelakang kata tugas adalah anak kalimat.
Selebihnya adalah induk kalimat.
·
Contoh lainnya : 1. Ia belajar
2.Saya
bermain
Situasi yang timbul dalam menggabungkan kedua kalimat itu
bermacam-macam. Sebab itu kata tugas yang dipakai untuk menggabungkan kedua
gagasan itu bermacam-macam. Ada situasi yang menyatakan keduanya mempunyai kedudukan
yang sederajat, ada situasi yang menyatakan keduanya dipertentangkan dsb. Agar
menjadi kalimat majemuk bertingkat yang baik, maka kata tugas yang digunakan
harus tepat. Hasilnya adalah sebagai berikut: 1. Ia belajar ketika saya
bermain, atau
2. Saya
bermain ketika ia belajar
Analisisnya adalah:
·
kalimat
1 => Induk kalimat : Ia belajar
Anak
kalimat : Ketika saya bermain (
keterangan waktu)
·
kalimat 2 => Induk kalimat : saya bermain
Anak kalimat
: ketika ia belajar (keterangan
waktu)
Sesuai dengan pengertian kalimat majemuk
bertingkat yang telah disebutkan diatas, Chaer (2000) mengatakan bahwa dalam
penggabungan dua buah klausa menjadi kalimat majemuk bertingkat dapat
menimbulkan berbagai macam makna, diantaranya :
1.
Menyatakan
‘sebab’ (menggunakan kata penghubung sebab
atau karena)
Klausa pertama sebagai induk kalimat.
Menyatakan suatu peristiwa yang terjadi sebagai akibat dari terjadinya
peristiwa pada klausa kedua yang menjadi anak kalimat.Misalnya :
- Banjir sering melanda kota kami karena saluran-saluran airnya penuh
dengan sampah dan kotoran.
- Karena
tidak pandai berenang akhirnya dia hanyut terseret air.
- Harga jual barang-barang ini terpaksa
dinaikkan sebab biaya produksi dan
ongkos kerja juga naik.
Anak kalimat dan
induk kalimat pada kalimat majemuk bertingkat ini dapat dipertukarkan
tempatnya. Kalau anak kalimat mendahului induk kalimat maka di muka induk kalimat
dapat pula ditempatkan kata penghubung maka.
Misalnya:
- Karena
tidak pandai berenang, maka akhirnya
dia hanyut terseret arus.
2. Menyatakan ‘akibat ‘ ( menggunakan kata
penghubung sampai, hingga, sehingga)
Klausa pertama
sebagai induk kalimat menyatakan terjadinya sesuatu peristiwa yang
mengakibatkan terjadinya peristiwa pada klausa kedua.
Misalnya : - Tukang copet itu dipukuli
orang ramai sampai mukanya babak
belur.
-
Dia
suka sekali berjudi hingga harta bendanya
habis.
-
Penumpang
kereta api itu penuh sesak sehingga untuk
meletakkan sebelah kaki pun sukar.
3). Menyatakan ‘syarat’ ( menggunakan kata
penghubung kalau,jika, asal)
Klausa pertama
sebagai induk kalimat menyatakan akan terjadinya suatu peristiwa kalau sudah
terjadi peristiwa lain yang dinyatakan pada klausa kedua atau anak kalimatnya.
Namun, perlu diperhatikan urutan induk kalimat dan anak kalimat dapat
dipertukarkan.
Misalnya: - Saya
akan hadir kalau saya diundang.
-
Jika mereka bersalah
tentu kami akan menindaknya.
-
Gajah
bukanlah binatang buas yang suka menyerang asal
mereka tidak kita ganggu.
4). Menyatakan
‘tujuan’ (menggunakan kata penghubung agar,
supaya, untuk)
Klausa pertama
sebagai induk kalimat menyatakan terjadinya suatu perbuatan yang harus
dilakukan agar peristiwa yang disebutkan dalam kalimat klausa kedua atau induk
kalimat dapat berlangsung. Di sinipun urutan kedua klausa itu dapat
dipertukarkan.
Misalnya : - Jalan-jalan diperlebar agar lalu lintas menjadi lancar.
-
Kamu
harus belajar baik-baik supaya
hidupmu kelak menjadi enak.
5). Menyatakan
‘waktu berlangsungnya suatu peristiwa’ (menggunakan kata penghubung ketika,sebelum,sejak)
Klausa pertama
sebagai induk kalimat terjadinya suatu peristiwa atau perbuatan, sedangkan
klausa kedua sebagai anak kalimat menyatakan terjadinya peristiwa induk
kalimat. Urutan anak kalimat dan induk kalimat dapat dipertukarkan tempatnya.
Misalnya : - Monumen Nasional itu dibuat ketika kamu masih kecil.
-
Sesudah kita selesai
memperbaiki saluran air ini, kita akan memperbaiki tanggul sungai itu.
-
Dia
sudah menyelesaikan tugasnya sebelum
bel berbunyi.
-
Sejak ibu meninggal,
kami tinggal bersama kakek di desa.
6). Menyatakan
‘kesungguhan’ (menggunakan kata penghubung meskipun,biarpun,sungguhpun).
Klausa pertama
sebagai induk kalimat menyatakan suatu perbuatan atau peristiwa, sedangkan
klausa kedua sebagai anak kalimat menyatakan peristiwa atau kondisi yang
bertentangan untuk terjadinya peristiwa pada klausa.
Misalnya: - Dia berangkat juga ke sekolah meskipun hujan turun lebat sekali.
-
Walaupun tidak diizinkan
ayah,dia pergi ke hutan itu.
-
Pembangunan
gedung itu belum selesai juga sungguhpun
telah menelan biaya ratusan juta rupiah.
7). Menyatakan ‘
pembatasan’ (menggunakan kata penghubung kecuali,
hanya)
Klausa pertama
sebagai induk kalimat menyatakan suatu perbuatan, dan klausa kedua sebagai anak
kalimat menyatakan pembatasan terhadap peristiwa pada anak kalimat.
Misalnya:
- Soal itu dapat saya kerjakan dengan baik kecuali
nomor 17 tidak sempat saya selesaikan.
-
Semua
orang sudah hadir hanya Rosa dan Adi
belum Nampak batang hidungnya.
Selain
kata hubung kecuali dan hanya, bisa
juga menggunakan kata hubung kalau.
Misalnya:
- Saya tentu akan datang memenuhi undanganmu kecuali kalau ada halangan yang tidak bisa dihindarkan.
8). Menyatakan ‘
perbandingan’ (menggunakan kata penghubung seperti
dan bagai)
Klausa pertama
sebagai induk kalimat menyatakan suatu perbuatan sedangkan klausa kedua sebagai
anak kalimat menyatakan perbuatan lain yang serupa dengan perbuatan pada induk
kalimat.
Misalnya:
- Dengan cepat disambarnya tas nenek tua itu bagai elang menyambar anak ayam.
-
Dia
terkejut bukan main seperti mendengar
bunyi guruh di siang hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar