Rabu, 13 November 2013

Tugas Keterampilan Berbicara2



Permasalahan serta Solusi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
di Indonesia

Sejak pengaruh globalisasi mendunia, kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa setiap Negara di dunia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia yang berada di tengah-tengah dunia kini mulai membandingkan kehidupannya dengan negara lain. Dari perbandingan itu dapat dirasakan bahwa Indonesia mengalami ketertinggalan di berbagai bidang salah satunya pendidikan. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan SDM untuk pembangunan bangsa. Setelah diamati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam  pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan. Banyak data-data yang membuktikan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Contohnya, menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Data-data tersebut hanyalah sebagian kecil dari berbagai data yang menunjukkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.Rendahnya mutu pendidikan inilah yang menyebabkan rendahnya mutu SDM bangsa Indonesia.
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia  terjadi karena beberapa penyebab
antara lain;
(1). Sistem pendidikan yang kurang efektif dan efisisen, hal ini ditunjukan dengan  kurang jelasnya tujuan pembelajaran, hasil pendidikan  seringkali hanya dilihat dari segi nilai tanpa memperhatikan proses, administrasi sekolah yang kurang baik, adanya peserta didik yang memilih jurusan tidak sesuai dengan minat dan bakat serta terlalu seringnya pergantian kurikulum.
(2). Rendahnya kualitas guru, kualitas guru yang rendah disebabkan oleh beberapa hal seperti; rendahnya kesejahteraan guru, kurangnya kemampuan guru dalam pengelolaan kelas serta dalam penyampaian pelajaran.
(3). Kurangnya pemerataan pendidikan, masih banyak anak usia sekolah yang putus sekolah bahkan tidak sekolah sama sekali di Negara ini. Hal ini disebabkan biaya pendidikan yang dirasakan mahal bagi rakyat miskin. 
(4). Kurangnya sarana dan prasarana sekolah, hal ini ditandai dengan  banyaknya gedung-gedung sekolah yang rusak, kurangnya fasilitas  seperti media pembelajaran,perpustakaan,laboratorium dll.
(5). Siswa kurang motivasi dalam belajar, bila hal ini terjadi ini adalah tugas bersama  yaitu guru dan orang tua untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Beri pengertian dengan bahasa sederhana dan komunikatif pentingnya belajar untuk bekal hidup dan masa depan.
(6). Dampak buruk dari alat elektronik seperti televisi dan game. Seharusnya televisi mempunyai dampak positip terhadap ilmu pengetahuan. Tetapi kebanyakan anak bahkan orang tua kurang senang menonton berita, mereka lebih senang menonton sinetron atau acara gosip. Seharusnya anak dibimbing dan dibatasi waktunya menonton televisi. Anak juga jangan sampai kecanduan bermain game hingga lupa pada tugasnya untuk belajar. Faktor-faktor tersebut hanyalah beberapa dari banyaknya penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Jika ditelusuri mungkin masih banyak faktor-faktor lainnya.
          Dari berbagai masalah yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, tentu banyak kalangan telah memikirkan solusi atau upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Negara ini. Pada tahun 2007 Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia,yaitu; (1) Meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di Indonesia. Tolak ukurnya adalah dari angka partisipasi. (2) Menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti ketidakmerataan di desa dan kota, serta gender. (3) Meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan  kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional.(4)  Pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan dibidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan. (5) Pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti,menambah jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah. (6) Pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan. (7) Pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas pendidikan Dengan adanya program-program tersebut tentu harapannya adalah segala program yang baik bisa terealisasikan dengan baik dan juga benar.
Namun seperti yang diketahui masyarakat pada umumnya selain kebijakan-kebijakan tersebut, memang ada beberapa kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan yang mengundang pro dan kontra sampai sekarang, contohnya UN. Masyarakat menilai UN tidak boleh digunakan sebagai satu-satunya penentu kelulusan. Sebab jika seperti itu bearti pendidikan di Indonesia tidak mau melihat proses yang ditempuh peserta didik, namun hanya melihat hasil atau nilai yang diperoleh peserta didik diakhir. Selain itu kebijakan lain yang juga menimbulkan pro dan kontra baru-baru ini adalah perubahan kurikulum menjadi kurikulum 2013. Banyak kalangan menilai kurikulum ini terlalu dipaksakan, terburu-buru dan bersifat uji coba. Beberapa orang berkomentar seperti ini “Para pejabat Kemendikbud dengan penuh rasa percaya diri menyatakan bahwa kurikulum 2013 hanya meliputi lima persen di SD dan tujuh persen di SMP sebagai penerapan bukan ujicoba”. "Bagaimana mungkin tidak dibilang ujicoba, sementara telah terjadi pengurangan yang begitu drastis, dari semula 132 ribu sekolah menjadi hanya 6.400-an dari semula 20 juta siswa menjadi hanya 1.600 siswa. Masa sih para profesor di Kemendikbud masih menganggap ini bukan sampel? Kenapa harus malu dengan ujicoba sehingga ngotot dengan penerapan?" kritik Retno Listyarti, Sekretaris Jenderal FSGI (Federasi Serikat Guru Indonesia). Kurikulum 2013 juga menuai banyak protes dari orangtua murid karena menghapuskan mata pelajaran Bahasa Inggris dari sekolah dasar. Namun selain menuai kontra, ada juga yang pro dengan kurikulum ini yaitu Ida, guru kelas I SD di Jepara yang sudah mendapat pelatihan selama lima hari di Solo dan mulai menerapkan kurikulum 2013 sejak kemarin memberikan komentarnya, "Kurikulum yang baru ini bagus untuk membentuk kreativitas anak dan melatih keberanian mereka. Penilaian juga dilihat dari sikap, perilaku, dan keaktivan di kelas. Jadi guru harus mengamati murid-muridnya. "Tapi jadi sulit kalau muridnya banyak. Di kelas saya mengajar sekitar 40-an. Idealnya, jika melihat video yang diputar waktu pelatihan itu muridnya enggak sampai 20 orang." Memang pada akhirnya kurikulum ini tetap dilaksanakan. Namun dilapangan semua merasa belum siap menerapkannya. Baik guru sebagai pelaksana maupun pserta didik sebagai penerimanya.  Masyarakat percaya program yang dibuat pasti bertujuan baik yaitu untuk meningkatkan mutu pendidikan,namun pemerintah juga harus mengerti bagaimana susahnya pelaksanaan di lapangan. Terlepas dari kebijakan-kebijakan pemerintah yang menimbulkan pro dan kontra itu, ada juga peran serta pihak lain dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia salah satunya  oleh guru. Tentu saja itu karena guru adalah salah satu fasilitator dalam pendidikan dan pengajaran. Adapun upaya-upaya yang harus dilaksanakan guru, yaitu; meningkatkan kualitas pembelajaran dengan selalu berpedoman pada tujuan pemebelajaran, menggunakan metode yang bervariasi, memberikan motivasi kepada siswa. Selain itu masyarakat juga berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Hal itu dapat dilakukan dengan mematuhi program pemerintah dalam bidang pendidikan seperti wajib belajar, mau memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Lalu bagi siswa sendiri tentu harus berperan aktif pula dengan cara melaksanakan kewajibannya yaitu belajar dengan sungguh-sungguh. Supaya berhasil, upaya – upaya  peningkatan mutu pendidikan memang harus dilaksanakan oleh semua pihak.
Dari upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan yang dicanangkan, dapat dirasakan beberapa diantaranya telah terealisasikan seperti; sertifikasi untuk meningkatkan kesejahteraan guru, adanya program sekolah gratis oleh pemerintah daerah, penentuan kelulusan yang sekarang tidak hanya dari nilai UN saja tetapi melibatkan nilai rapot dan ujian sekolah. Selain itu guru-guru juga sudah  mau berusaha  meningkatkan kualitas diri dalam mengajar dengan  memanfaatkan teknologi untuk digunakan dalam metode mengajarnya, meningkatkan kualitas diri dengan mengikuti penyegaran guru seperti, penataran-penataran,workshop, seminar serta pelatihan-pelatihan lainnya,  dan dengan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Di masyarakat juga telah menyatakan perannya seperti; ada yang mendirikan sekolah bagi anak-anak jalanan, diberlakukannya jam belajar  walaupun hanya di daerah tertentu. Setidaknya semua pihak telah ikut berupaya meningkatkan mutu  pendidikan di Indonesia. Dengan harapan kedepan supaya mutu  pendidikan semakin bagus sehingga mutu SDM semakin unggul untuk menuju bangsa yang lebih maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar