Minggu, 10 Oktober 2021


Teks Berita: Pengertian, Ciri-ciri, dan Struktur Teks Berita

Berita adalah salah satu produk jurnalistik yang mudah ditemui di berbagai media, baik online, cetak, maupun televisi. Berita berisikan laporan atas kejadian atau peristiwa yang sedang dan telah terjadi.

Ciri-ciri dan kaidah kebahasaan
Dikutip dari buku Teks dalam Kajian Struktur dan Kebahasaan oleh Taufiqur Rahman berikut ciri dan kaidah kebahasaan yang digunakan dalam teks berita,

1. Menyampaikan informasi aktual dan bersifat umum

2. Berdasar pada fakta

3. Menggunakan bahasa baku

4. Fokus pada peristiwa yang terjadi

5. Menggunakan verba pewarta yang berisi kalimat pemberitahuan informasi. Verba pewarta merupakan kata yang menunjukkan percakapan contohnya memaparkan, mengatakan.

6. Menggunakan verba transitif

7. Menggunakan kalimat langsung dan tidak langsung

8. Terdapat penjelasan waktu dan tempat berlangsungnya persitiwa

Struktur teks berita
Masih dalam buku yang sama, Taufiqur Rahman menjelaskan teks berita memiliki tiga struktur yaitu judul, teras, dan tubuh.

1. Judul (headline)
Judul merupakan kata kunci yang mewakili keseluruhan isi berita. Dalam teks berita, judul biasanya memuat tentang kejadian yang akan dibahas. Judul yang menarik akan memungkinkan pembaca tertarik terhadap berita yang disampaikan.

2. Teras (lead)
Teras berita atau lead adalah bagian yang penting dalam berita. Lead terletak pada paragraf pertama dalam teks berita. Lead mencakup inti dari keseluruhan isi berita. Lead juga menjadi salah satu penentu bagi pembaca untuk melihat isi berita lebih lanjut.

3. Tubuh (body)
Bagian ini merupakan inti dari teks berita. Tubuh berita merupakan kelanjutan dari isi berita. Berita akan dibahas lebih rinci secara keseluruhan pada bagian ini.

Idealnya satu teks berita terdiri dari unsur 5W+1 H (who, what, where, why, when, dan how).

Untuk memahami lebih lanjut silahkan menyimak video berikut ini!

Evaluasi
Kerjakan soal berikut ini !

Sabtu, 18 Januari 2014

" Membangun Sportivitas Dalam Diri untuk Siap Berkompetisi" esay saya yang berhasil meraih juara 1 dalam lomba menulis esay tingkat universitas dwijendra


Membangun Sportivitas dalam Diri untuk Siap Berkompetisi
Sebagai mahluk sosial, manusia dituntut untuk hidup berdampingan dengan manusia lainnya. Dalam hubungan antar manusia tersebut seringkali timbul kompetisi. Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari kompetisi karena dari sebuah kompetisi manusia berusaha menunjukkan keunggulannya. Kompetisi atau persaingan adalah proses sosial di mana individu atau kelompok-kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. Seseorang dikatakan siap  berkompetisi bila ia siap menerima kemenangan atau kekalahan. Sikap inilah yang diartikan sebagai sikap yang sportif. Menurut KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia) sportivitas adalah sikap adil (jujur) terhadap lawan, sikap bersedia mengakui keunggulan (kekuatan, kebenaran) lawan dan mengakui  kekalahan (kelemahan, kesalahan) sendiri.  Salah satu ciri bahwa ada sikap sportif dalam diri kita adalah mengakui prestasi orang lain. Sekalipun orang lain itu adalah lawan dalam pertandingan.  Kata sportivitas biasanya diidentikkan dengan kompetisi dibidang  olahraga karena memang asal katanya dari kata sport yang berarti olah raga. Namun kini maknanya mengalami perkembangan. Istilah sportivitas kini dipakai dalam berbagai bidang.
Tindakan sportif akan selalu dibenarkan di mana saja. Sikap mental ini perlu terus dipupuk dan dikembangkan dalam rangka mencetak generasi muda masa depan yang benar-benar bisa diunggulkan. Unggul dalam arti berimplikasi pada pembentukan motivasi diri yang kuat untuk belajar dari keberhasilan orang lain. Upaya yang bias dilakukan untuk membangun sikap sportif adalah :
1). Menanamkan sikap jujur
Ketika seseorang bersikap jujur dalam sebuah kompetisi  artinya ia optimis dan percaya bahwa    dirinya memiliki kemampuan yang cukup untuk memnangkan kompetisi. Tetapi ketika seseorang tidak jujur dalam kompetisi itu artinya ia pesimis dan tidak percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya.




2). Mengakui kesalahan dan menerima kekalahan
Dengan tidak menyalahkan kegagalan kepada  lingkungan atau orang lain artinya seseorang telah  mau mengakui kesalahan dan menerima kekalahan. Dengan begitu, setiap mengalami kegagalan  seseorang akan selalu mengoreksi diri lalu memperbaiki  kesalahannya.  Dari proses tersebut dapat menumbuhkan kemampuan yang terus meningkat sehingga suatu saat pasti bisa menjadi pemenang.
Sikap sportif adalah kemauan untuk mengakui kenyataan, jujur, ksatria, dan bagian dari keadilan sosial. Mudah dan sederhana, namun seringkali dikatakan sulit dan rumit, oleh orang-orang yang enggan dan pengecut. Dalam suatu komunitas, sikap sportif sangat bermanfaat dan penting untuk bergerak maju. Untuk menyongsong masa depan bersama. Dengan mengakui semua yang terjadi secara adil, dan meminta maaf jika berupa kesalahan. Dengan begitu perjalanan ke masa depan akan lebih lancar, karena tak ada lagi yang mengganjal.

Minggu, 12 Januari 2014

Membuat berita langsung


Donor Darah dalam Rangka Perayaan Hut Yayasan Dwijendra ke-61

 
           

Ket. Foto : Acara donor darah pada 11 Januari 2014 di aula lantai 3 Yayasan Dwijendra Denpasar.

“ Acara donor darah warnai perayaan Hut Yayasan Dwijendra. Segenap  warganya diharapkan tidak melupakan acara amal meski di tengah-tengah kemeriahan. ’’


Bulan Januari menjadi momen yang penting bagi segenap warga Yayasan Dwijendra karena akan menjelang perayaan Hut Yayasan Dwijendra. Sebuah Yayasan pendidikan yang berpusat di Jl. Kamboja, Denpasar berdiri tanggal 28 Januari 1953 lalu, tahun ini akan genap berumur 61 tahun. Usia yang sudah tua jika disamakan dengan usia manusia. Tentu selama 61 tahun ini telah banyak hal yang dialami dalam menciptakan lembaga pendidikan yang mampu bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Tapi bersaing mungkin bukanlah hal yang utama sebab yang utama bagi sebuah lembaga pendidikan adalah bagaimana menciptakan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan jaman dan menyenangkan bagi peserta didik yang menjalani. Yayasan yang berciri khas Hindu ini telah mengalami perkembangan yang pesat selama 61 tahun ini. Saat ini telah ada jenjang pendidikan dari yang terkecil yaitu TK sampai ke jenjang yang tertinggi yaitu Universitas. Telah tampak bahwa yayasan ini sudah berkembang pesat menjadi yayasan yang besar. Bahkan tidak hanya di Denpasar tapi Yayasan Dwijendra juga mempunyai cabang di Bualu dan Gianyar.
Perayaan Hut Yayasan tahun lalu diwarnai dengan berbagai lomba. Tahun ini juga tetap diisi dengan kegiatan lomba. Sebagai pembukaan untuk menyambut Hut Yayasan Dwijendra, awal bulan Desember lalu telah diadakan lomba futsal oleh Fakultas Hukum Universitas Dwijendra. Menyusul selanjutnya diadakan lomba membaca puisi dan lomba akustik yang sekaligus diselenggarakan untuk memperingati hari ibu. Selain berbagai kegiatan lomba, ada kegiatan menarik yang akan mewarnai perayan Hut Yayasan Dwijendra yaitu donor darah. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamalkan tri darma yang ke-3 yaitu pengabdian kepada masyarakat. Dalam acara donor darah, peserta yang ingin ikut akan di cek dulu kesehatannya karena ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi oleh seorang pendonor. Misalnya pendonor tidak boleh memiliki penyakit yang menular, tidak boleh dalam keadaan hipertensi atau hipotensi, berat badan harus memenuhi standar yaitu minimal 47 kg, dll.  “ Kami akan mengirim sekitar 700 peserta dalam acara donor darah ini, dan akan diperiksa dulu oleh pihak Rumah Sakit Sanglah,” kata Bapak Ida Bagus Rai yang merupakan koordinator kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan Pembantu Rektor III di Universitas Dwijendra. Acara donor darah dilaksanakan pada tanggal 11 Januari 2014 di Aula lantai 3 Yayasan Dwijendra. Acara ini mengingatkan kepada seluruh warga yayasan Dwijendra agar tidak melupakan  amal meski ditengah-ten

Tugas Puisi


Tak hanya pulau yang indah
Tak Cuma seribu pura yang menghisiamu
Upacara adat,tarian dan tabuh juga mempercantik pesonamu
Keindahan alammu membuat mata enggan berkedip
Budayamu melambungkan namamu ke jagat nusantara dan dunia
Segenap insan meyebutmu Bali.. pulau dewata

Senyum pendudukmu mencerminkan nusantaraku yang ramah
Meneduhkan hati insan yang rindu keteduhan
Harmoni pada Hyang pencipta, sesama manusia, dan lingkungan
Ku sebut itu Tri hita karana …
Melambangkan hidupmu yang menghargai perbedaan

Bali.. lemah gemulai penarimu menunjukkan  tingginya toleransimu
Rwabineda, baik dan buruk menjadi dua sisi yang menampakkan perbedaan
Namun tetap kau jadikan harta yang memperkaya budayamu
Bali kau puaskan mataku dengan beragam seni budayamu
Bali kau kebanggaanku dan nusantaraku
Kau hiasi jati diri bangsaku hingga indah dimata dunia

Rabu, 11 Desember 2013

paper profesi kependidikan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian khusus untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.
Profesionalisasi guru masih merupakan sesuatu hal yang sulit, namun bukan sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan, justru profesionalisasi guru akan menjadi tantangan bagi siapa saja yang berkecimpung dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan sebagai guru. Oleh karena itu tantangan tentang guru profesional itu diharapkan dapat lebih mendekatkan kepada suatu tujuan produk pendidikan yang baik. Proses profesionalisme guru di lapangan memang masih mengalami banyak permasalahan. Untuk itu, penulis mencoba membahas permasalahan yang menjadi tantangan dalam proses profesionalisme guru serta solusi dari permasalahan yang ada. Selain itu, karya ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Kependidikan.

1.2. RUMUSAN MASALAH
1.   Apa pengertian profesionalisme guru?
2.      Apa yang menjadi permasalahan dalam meningkatkan profesionalisme guru?
3.      Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru?

1.3.TUJUAN
1.  untuk mengetahui pengertian profesionalisme guru
2.     untuk mengetahui permasalahan – permasalahan  yang dapat menghambat profesionalisme   seorang guru.
3.      untuk mengetahui  upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Profesionalisme Guru
Menurut ahli, profesionalisme memberi penekanan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau suatu kemampuan manajemen dengan strategi penerapannya. Profesionalisme guru tidak sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen namun lebih merupakan sikap dan pengembangan profesionalisme, lebih dari seorang teknisi tidak hanya mempunyai keterampilan yang tinggi namun mempunyai tingkah laku sesuai dengan yang disyaratkan.
Jika guru di Indonesia sudah memenuhi standar profesional guru seperti yang berlaku di negara lain yang lebih maju maka kualitas sumber daya manusia Indonesia akan semakin meningkat. Untuk menjadi profesional seorang guru dituntut agar memiliki beberapa hal yaitu, pertama guru harus mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya.
Kedua, guru harus menguasai secara mendalam bahan pelajaran yang diajarkannya serta bagaimana cara mengajarnya, yang ketiga guru bertanggung jawab untuk memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, yang keempat guru harus mampu berfikir sistematis mengenai apa yang dilakukannya dan mau belajar dari pengalaman.

2. 2. Permasalahan Yang dapat Menghambat Profesionalisme Guru
Dalam mewujudkan tuntutan kemampuan profesionalisme guru seringkali dihadapkan pada berbagai permasalahan yang dapat menghambat perwujudannya. Permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan kemampuan profesional para guru melaksanakan pembelajaran dapat digolongkan ke dalam dua macam, yaitu permasalahan yang ada dalam diri guru itu sendiri (internal), dan permasalahan yang ada di luar diri guru (eksternal). Permasalahan internal menyangkut sikap guru yang masih konservatif, rendahnya motivasi guru untuk mengembangkan kompetensinya, dan guru kurang/tidak mengikuti berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan permasalahan eksternal menyangkut sarana dan prasarana yang terbatas.
a. Sikap Konservatif Guru
Suatu perubahan dalam menerapkan ide atau konsep menuntut adanya perubahan dalam pola kerja pelaksanaan tugas kependidikan. Agar pola kerja itu sesuai, maka perlu pula dimiliki berbagai kemampuan yang ditunjang oleh wawasan dan pengetahuan baru yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang hal itu. Namun hal ini akan mendapatkan hambatan jika guru memiliki sikap konservatif. Sikap konservatif guru menunjukkan pada tingkah laku guru yang lebih mengarah pada mempertahankan cara yang biasa dilakukan dari waktu ke waktu dalam melaksanakan tugas, atau ingin mempertahankan cara lama (konservatif), mengingat cara yang dipandang baru pada umumnya menuntut berbagai perubahan dalam pola-pola kerja. Guru-guru yang masih memiliki sikap konservatif, memandang bahwa tuntutan semacam itu merupakan tambahan beban kerja bagi dirinya. Guru-guru semacam ini biasanya mengaitkan tuntutan itu dengan kepentingan diri sendiri semata-mata, tanpa memperdulikan tuntutan yang sebenarnya dari hasil pelaksanaan tugasnya.
Tumbuhnya sikap konservatif di kalangan guru, diantaranya dikarenakan oleh adanya pandangan yang dimiliki guru yang bersangkutan tentang mengajar. Guru yang berpandangan bahwa mengajar berarti menyampaikan materi pembelajaran, cenderung untuk bersikap konservatif atau cenderung mempertahankan cara mengajar dengan hanya sekedar menyampaikan materi pembelajaran. Sebaliknya, guru yang berpandangan bahwa mengajar adalah upaya memberi kemudahan belajar, selalu mempertanyakan apakah tugas mengajar yang dilaksanakan sudah berupaya memberi kemudahan bagi peserta didik untuk belajar. Guru demikian biasanya selalu melihat hasil belajar peserta didik sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan tugas. Hasil belajar peserta didik dijadikan balikan untuk menilai keberhasilan dirinya dalam mengajar. Berdasarkan balikan itu selalu diupayakan untuk memperbaiki, sehingga kualitas atau mutu keberhasilannya selalu meningkat. Para guru sepatutnya menyadari, bahwa menduduki jabatan profesional sebagai guru, tidak semata-mata menuntut pelaksanaan tugas sebagaimana adanya, tetapi juga memperdulikan apa yang seharusnya dicapai dari pelaksanaan tugasnya. Dengan adanya keperdulian terhadap apa yang seharusnya dicapai dalam melaksanakan tugas, dapat diharapkan tumbuh sikap inovatif, yaitu kecenderungan untuk selalu berupaya memperbaiki hasil yang selama ini telah dicapai, sehingga tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya selalu dilaksanakan dan diupayakan untuk selalu meningkat.
b. Rendahnya Motivasi Guru untuk Meningkatkan Kompetensinya
Motivasi untuk meningkatkan kompetensi melaksanakan tugas profesional sebagai guru bisa muncul dari dalam diri sendiri atau motivasi yang dirangsang dari luar dirinya. Motivasi dari dalam diri (intrinsik) seperti keinginan, minat dan ketertarikan untuk melakukan suatu pekerjaan. Motivasi untuk melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan akan muncul jika kegiatan yang dilakukan dirasakan mempunyai nilai intrinsik atau berarti bagi dirinya sendiri. Hal ini mempunyai keterkaitan dengan pemenuhan kebutuhan. Jadi, dorongan untuk meningkatkan kemampuan profesional dapat muncul jika peningkatan kemampuan tersebut mempuyai dampak terhadap pemenuhan kebutuhan-kebutuhan. Sedangkan motivasi dari luar diirinya (ekstrinsik) seperti ingin mendapatkan hadiah atau pengahargaan. Motivasi yang muncul dari dalam diri sendiri lebih berarti dibandingkan dengan dorongan yang muncul dari luar diri. Motivasi semacam ini tidak bersifat sementara, dan menjadi prasyarat bagi tumbuhnya upaya meningkatkan kemampuan. Jika dorongan itu ada, maka rintangan atau hambatan apapun, serta betapapun beratnya tugas yang dihadapi akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
c. Kurang/Tidak Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dewasa ini telah banyak dicapai berbagai perkembangan dalam dunia pendidikan yang bertujuan meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik. Informasi mengenai hal itu banyak diperoleh dari berbagai literatur, buku-buku teks, majalah, jurnal, pemberitaan berbagai media massa, dan dari hasil teknologi informasi dan komunikasi, seperti komputer dengan internetnya.. Setiap perkembangan atau kemajuan yang dicapai merupakan alternatif bagi guru untuk berupaya meningkatkan mutu pembelajaran yang dilaksanakan. Dari berbagai alternatif itu dapat dipilih alternatif mana yang akan digunakan. Bagi guru yang mengikuti berbagai perkembangan dan kemajuan yang dicapai dalam dunia pendidikan, mengikuti berbagai perkembangan tersebut, merupakan kebutuhan untuk meningkatkan prestasi kerja. Di samping itu, guru yang bersangkutan pun menganggap bahwa hal semacam itu merupakan tambahan pengetahuan yang dapat memperkaya wawasan. Dengan dibarengi motivasi yang tinggi serta sikap inovatif, berbagai informasi yang didapat bukan hanya memperkaya alternatif pilihan untuk melaksanakan tugas, tetapi juga dapat menjadi dasar membuat kreasi dari perpaduan berbagai alternatif, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan kerjanya. Ini berarti, dia pun telah memberi sumbangan yang berarti bagi dunia pendidikan dan upaya meningkatkan mutu pendidikan. Sebaliknya, bagi guru yang tidak mengikuti berbagai perkembangan dan kemajuan, beranggapan bahwa semua kemajuan yang dicapai tidak mempunyai arti, baik bagi dirinya maupun bagi peserta didiknya. Dengan demikian, dia pun cenderung untuk mempertahankan pula pola kerja yang selama ini dipegang dan tidak ada upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional dirinya sendiri.
d. Sarana dan Prasarana yang Terbatas
Pendidikan biasanya menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan mendukung. Sarana dan prasarana itu tidak harus berupa berbagai peralatan yang canggih, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan yang memungkinkan untuk diwujudkan. Betapa pun lengkap dan canggihnya sarana yang tersedia, jika masih ada masalah-masalah seperti gurunya konservatif tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi serta motivasi untuk meningkatkan kinerja lemah, maka ada kecenderungan pengadaan sarana dan prasarana kurang bermanfaat. Sebaliknya, jika masalah-masalah itu dapat diatasi, sarana dan prasarananya terbatas, maka tidak akan mendukung keberhasilan pendidikan atau pembelajaran.
2.3. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam meningkatkan profesionalisme guru tersebut, diantaranya dapat dilakukan dengan menumbuhkan kreativitas guru di lapangan yang menjadi “ujung tombak” dalam penyelenggaraan pendidikan. Kreativitas secara umum dipengaruhi kemunculannya oleh adanya berbagai kemampuan yang dimiliki, sikap dan minat yang positif tinggi pada bidang pekerjaan yang ditekuni, serta kecakapan melaksanakan tugas-tugas. Kreativitas guru, bisanya diartikan sebagai kemampuan menciptakan sesuatu dalam sistem pendidikan atau proses pembelajaran yang benar-benar baru dan orisinil (asli ciptaan sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai proses pembelajaran yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru.
Dalam praktek kependidikan, pada umumnya perubahan-perubahan yang terjadi menggunakan prosedur yang menimbulkan kesan seolah-olah para guru sebagai pelaksana di lapangan kurang memiliki kreativitas untuk memperbaiki mutu hasil belajar peserta didiknya. Padahal ada kemungkinan para guru mempuyai ide yang kreatif yang dapat menjadi sumber berharga bagi upaya peningkatan mutu pendidikan. Guru adalah orang yang paling mengetahui kondisi dan permasalahan belajar yang dihadapi oleh para peserta didiknya karena hampir setiap hari berhadapan dengan mereka. Guru kreatif selalu mencari cara bagaimana agar proses belajar mencapai hasil sesuai dengan tujuan, serta berupaya menyesuaikan pola-pola tingkah lakunya dalam mengajar sesuai dengan tuntutan pencapaian tujuan, dengan mempertimbangkan faktor situasi kondisi belajar peserta didik. Kreativitas yang demikian, memungkinkan guru yang bersangkutan menemukan bentuk-bentuk mengajar yang sesuai, terutama dalam memberi bimbingan, rangsangan dorongan, dan arahan agar peserta didik dapat belajar secara efektif. Tumbuhnya kreativitas di kalangan para guru memungkinkan terwujudnya ide perubahan dan upaya peningkatan secara terus menerus, dan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan masyarakat di mana sekolah berada. Di samping itu, tuntutan untuk meningkatkan kemampuan profesional pun muncul dari dalam diri sendiri, tanpa menunggu ide ataupun perintah dari pihak manapun.














BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Untuk menjadi profesional seorang guru dituntut agar memiliki lima hal. Yang pertama guru harus mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya.
Kedua, guru harus menguasai secara mendalam bahan pelajaran yang diajarkannya serta bagaimana cara mengajarnya, yang ketiga guru bertanggung jawab untuk memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, yang keempat guru harus mampu berfikir sistematis mengenai apa yang dilakukannya dan mau belajar dari pengalaman.
Dalam peningkatan profesionalisme guru, ada beberapa permasalahan yang sering dihadapi antara lain: Sikap konservatif guru, rendahnya motivasi guru untuk meningkatkan kompetensinya, kurang/tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sarana dan prasarana yang terbatas. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam meningkatkan profesionalisasi guru, diantaranya dapat dilakukan dengan menumbuhkan kreativitas guru. Profesional guru tercermin dalam berbagai keahlian yang dibutuhkan pembelajaran baik terkait dengan bidang keilmuan yang diajarkan,metodelogi,pembelajaran, maupun psikologi belajar.

3.2.  SARAN
1.   Menjadi seorang guru sudah seharusnya memiliki kompetensi dan professional dalam mengajar.
2.   Guru harus senantiasa menjadi seseorang yang dapat membuat anak didiknya merasa nyaman dalam kelas.
3.   Menguasai materi yang disampaikan.
4.   Memiliki spesialisasi dalam bidangnya mengajar.
5.   Memiliki karakteristik Profesional dan mampu meningkatkan kreatifitas pada anak didik.
6.   Objektif dalam memberikan penilaian maupun bimbingan kepada anak didik.